Catch Me If You Can ‘Love Is Zero’ (OneShot)

credit pic : Deva Lyana Kpopers

To you, I can not completely express my love through words.

Hyo-Hwa meniup-niup kopinya sambil tersenyum. Merasa sangat senang hanya karena bisa menikmati minuman bercaffein itu lagi, terlihat seperti anak kecil yang baru mendapat es krim, kekanakan.

Wanita itu lupa untuk kembali kekantornya saat melihat mesin pembuat kopi dan sekarang malah berdiri santai dilantai tiga sambil memperhatikan situasi halaman kantor kepolisian Seoul dari dinding kaca tempatnya berdiri sekarang.

Hyo-Hwa baru saja akan meminum minuman kesukaannya itu saat tiba-tiba saja seseorang merebut gelasnya dari tangannya. Hyo-Hwa berbalik garang ingin menyumpahi orang yang sudah mengganggu kegiatannya itu tapi langsung membatalkannya didetik berikutnya setelah melihat KyuHyun.

Pria itu menatapnya menuntut penjelasan dan Hyo-Hwa lebih memilih untuk mengabaikannya, melihat kearah lain.

“Apa kataku tentang kopi Hyo-Hwa?”  tanya KyuHyun menyelidik.

Hyo-Hwa mendengus kemudian menatap KyuHyun malas, “Minuman bercaffein. Cara kerja hampir seperti heroin, menyebabkan ketergantungan dan susah tidur.”

KyuHyun mengangguk bangga, seperti seorang guru yang baru saja mendengar jawaban dari murid pintar kesayangannya.

Pria itu meminum kopi ditangannya kemudian tersenyum saat mengetahui rasanya sangat manis. Sepertinya mereka memiliki selera yang hampir sama.

“Ini gelas keduamu kalau perlu kuingatkan,” jelas KyuHyun menyadari Hyo-Hwa yang akan mengajukan protes karena sudah meminum kopinya. “Dan Hyo-Hwa aku tidak suka dibantah.” Sambungnya menatap Hyo-Hwa dengan senyum tipis.

“Bilang saja kalau kau tidak ingin mendengar pendapat orang lain.” Geram wanita itu.

KyuHyun tertawa pelan kemudian mengangguk setuju. “Sepertinya memang seperti itu.”

“Cih,” cerca Hyo-Hwa membuang mukanya padahal diam-diam tersenyum, merasa senang bisa berada didekat pria itu walaupun hanya untuk berselisih pendapat.

Hyo-Hwa melihat sekelilingnya baru menyadari kalau dia sudah menjadi tontonan pegawai yang berada ditempat itu. Ah, yang benar saja. Dia akan jadi bahan gosip lagi.

“Kalau begitu saya permisi dulu kepala kepolisian Cho,” pamitnya terburu-buru. Hyo-Hwa sedikit membungkuk, baru saja akan kabur tapi KyuHyun dengan cepat menahannya.

“Kenapa kau selalu menghentikan pembicaraaan secara sepihak?” tanya KyuHyun sedikit marah.

Hyo-Hwa menunduk, tidak tahu harus menjawab apa. Dia tidak mungkin berani mengatakannya bukan? Kalau alasannya selalu kabur dari KyuHyun karena jantungnya seperti akan meledak setiap berada dekat dengan pria itu.

Dan sekarang masalah bertambah saat semua orang mulai menggosipkan mereka. Dia tidak ingin memperburuk keadaan yang memang tidak baik dari awal.

“Mulai sekarang berhenti bersikap seperti itu.” Ujar KyuHyun memerintah.

Hyo-Hwa tidak menjawab, semakin menundukkan wajahnya membuat KyuHyun terpaksa ikut menunduk untuk melihat wajah wanita itu.

“Mana jawabanmu?” tuntut KyuHyun.

“Semua orang melihat…” bisik Hyo-Hwa sedikit melirik kesekelilingnya.

KyuHyun mengikuti arah mata Hyo-Hwa dan melihat beberapa pegawai sedang memperhatikan mereka. KyuHyun menegakkan tubuhnya kembali kemudian mengusir mereka semua dengan tatapan membunuh andalannya.

Hanya butuh beberapa detik untuk membuat mereka pergi. Tentu saja. Dengan jabatannya tidak akan ada yang berani dengannya.

“Tidak ada orang lagi.”

Hyo-Hwa mengangkat wajahnya, memperhatikan sekelilingnya lalu menghembuskan nafas lega.

“Mana jawabanmu?” tuntut KyuHyun lagi tidak peduli dengan Hyo-Hwa yang sudah kesal setengah mati.

“Detektif Park?” goda KyuHyun dengan senyum miringnya yang begitu menawan.

Hyo-Hwa mengangguk pelan tidak menatap KyuHyun secara langsung. Ah, tidak. Dia harus menyembunyikan wajah merahnya yang sangat memalukan itu.

KyuHyun tersenyum lagi, kali ini terlihat sangat senang. Dia mengantukkan dahinya dengan dahi wanita itu pelan hanya ingin menggodanya tapi cukup untuk membuat Hyo-Hwa merajuk lalu  mengangkat wajahnya menunjukkan protes.

Wanita itu mengelus dahinya dengan wajah merengut, ingin marah tapi terlalu malu bahkan hanya untuk berbicara.

KyuHyun menggenggam tangan Hyo-Hwa, memindahkannya dari dahi wanita itu kemudian secara perlahan mengecup dahi Hyo-Hwa. Cukup lama. Merasa senang saat menghirup aroma favoritnya. Aroma tubuh wanita itu. Salju.

“Sudah sembuh bukan?”

Seperti sihir. Hyo-Hwa merasa rasa nyeri didahinya langsung menghilang saat KyuHyun membaca mantranya. Atau sebut saja pikiran bodohnya yang semakin lama semakin parah. Menggelikan. Tapi terkadang terlihat manis.

*****

Hyo-Hwa masih tersenyum seperti orang bodoh dimeja kerjanya setiap mengingat pertemuan singkatnya dengan KyuHyun tadi. Tidak peduli tatapan penasaran orang disekelilingnya termasuk Ji-Hyun.

Ah, tentu saja. Kali ini dia tidak akan menceritakan urusan pribadinya pada sunbae kesayangannya itu lagi. Jujur saja itu cukup memalukan baginya.

“Ceritakan!!” Paksa Ji-Hyun hampir merengek. Walaupun Hyo-Hwa sudah menolak untuk bercerita beberapa kali tetap saja dia tidak menyerah.

Hyo-Hwa menggeleng, masih tersenyum. Lama-lama orang akan berfikir kalau dia sudah gila.

“Ayolah~ aku akan mentraktirmu makanan enak.” Bujuk Ji-Hyun kesekian kalinya.

Hyo-Hwa menggeleng lagi kemudian menyilangkan tangannya. Senang sekali bisa membuat seniornya marah.

Ji-Hyun baru saja akan mengajukan sogokan baru untuk membujuk Hyo-Hwa sebelum mendengar suara inspektur Kim yang memerintahkan mereka untuk berkumpul dimejanya.

Suara yang cukup besar, inspektur Kim bahkan tidak membutuhkan alat bantuan untuk membuat anak buahnya mendengarkan suaranya dan berkumpul dalam hitungan detik.

Hyo-Hwa berdiri dibarisan paling belakang tidak ingin berebut untuk berdesakan karena dia masih bisa mendengar instruksi Kim dari tempatnya sekarang.

“Aku akan memperkenalkan seseorang pada kalian,” kata inspektur Kim lalu menyuruh laki-laki yang berdiri dibelakangnya untuk maju kedepan.

“Shim Chang-Min. Agen dari AIC (Army Intelligence Command). Mulai sekarang dia akan membantu kita untuk menangkap pencuri Marcus.”

Chang-Min membungkuk menujukkan tata kramanya didepan anggota detektif yang lain. “Mohon bantuannya.” Ujarnya rendah hati.

Kesan pertama. Tampan, pintar juga memiliki sopan santun yang baik. Mereka bertepuk tangan menyambut kedatangan Shim Chang-Min. Respon yang cukup baik.

Kecuali seseorang yang berdiri ditempat paling belakang dan tidak mengerti tentang apa yang sedang terjadi.

Hyo-Hwa mencoba mengintip untuk melihat teman kerja barunya. Cukup penasaran dengan agen yang sepertinya sangat hebat itu.

“Inspektur Kim, aku punya permintaan khusus.” Ujar Chang-Min tiba-tiba.

“Apa?”

“Aku ingin memilih seorang partner.”

Inspektur Kim tampak menimbang-nimbang sebelum akhirnya mengangguk. Tidak ada yang salah dengan permintaan pria itu.

“Jadi siapa yang akan kau jadikan partnermu?”

Chang-Min tersenyum. Lalu secara perlahan menuju kearah kerumunan. Pria itu melewati orang didepannya terus berjalan kemudian berdiri didepan Hyo-Hwa yang masih berjinjit berusaha keras untuk mengetahui situasi.

Wanita itu langsung berdiri secara normal saat melihat seorang pria asing yang sepertinya orang yang baru saja diperkenalkan inspektur Kim itu berdiri tepat didepannya.

“Apa kau mau menjadi partnerku detektif Park.”

“De?” tanya Hyo-Hwa bingung.

Chang-Min tersenyum. Suka dengan ekspresi terkejut wanita itu. “Mohon kerjasamanya.”

Hyo-Hwa ingin menolak tapi dia tidak bisa menemukan alasan yang tepat untuk melakukannya. Ini memang pekerjaannya. Lagipula kalau dibandingkan dengan detektif lain dialah yang paling berapi-api untuk menangkap pencuri itu.

Walaupun berkata seperti itu tetap saja, dia merasa seperti sedang… mengkhianati seseorang.

*****

“Aku dengar kau hampir dipecat dihari pertamamu bekerja karena menuduh kepala kepolisian Cho sebagai pencuri Marcus detektif Park,” canda Chang-Min menyodorkan jus kaleng padanya.

Hyo-Hwa tersenyum tipis. Iya, untung saja tidak  Pikirnya. Kalau diingat-ingat dia yang dulu itu  terlalu bersemangat dan hanya akan membuat masalah untuk dirinya sendiri.

“Kenapa?” tanya pria itu meminum jus jeruknya. “Kenapa dari sekian banyak orang kau malah mencurigainya?”

Hyo-Hwa terdiam, dia memandangi jus kalengnya yang belum terbuka.

Bukan curiga tapi memang karena dialah sipencuri itu. Tapi percuma saja kalau hanya berbicara tanpa memiliki bukti. Dia sudah lelah berselisih pendapat dengan orang disekitarnya.

“Karena kepala kepolisian Cho satu-satunya orang yang tidak akan dicurigai. Dilihat dari penjagaannya mustahil kalau orang biasa bisa masuk., kecuali dia memang sudah berada didalam sejak awal.”

Wanita itu setengah membual. Yah, sebenarnya itu pendapatnya juga. Tapi dia merasa dia tidak perlu mengatakan yang sebenarnya pada Chang-Min. Bukannya ingin menipunya, hanya saja kalau KyuHyun harus ditangkap maka Hyo-Hwa lah yang akan menangkapnya.

“Kau yakin hanya itu?” tanya Chang-Min tidak yakin.

Hyo-Hwa mengangguk. “Kenapa? Tidak percaya?” tantang Hyo-Hwa.

Chang-Min tersenyum lalu menggeleng. “Tentu saja tidak. Aku percaya padamu. Sunbae?” goda pria itu tidak ingin memperburuk suasana.

Hyo-Hwa tertawa pelan. Merasa aneh karena baru pertama kali dipanggil sebagai senior. Cukup menyenangkan juga.

Wanita itu tiba-tiba merasakan hawa aneh disekitarnya, perasaan seperti sedang diawasi oleh seseorang.

Hyo-Hwa menoleh kebelakang dan melihat KyuHyun yang terang-terangan berdiri ditempat yang tidak terlalu jauh dari mereka. Memperhatikannya secara langsung.

Ah, yang benar saja. Ini bahkan lebih mengerikan daripada diperhatikan diam-diam. Rutuk wanita itu takut.

Hyo-Hwa merasa sangat bersalah walaupun sebenarnya dia tidak melakukan kesalahan. Duduk dengan pria lain bukan suatu kesalahan bukan? Lagipula mereka hanya berbicara.

Wanita itu akhirnya memutuskan untuk menghampiri KyuHyun. Dia berlari-lari kecil menuju ketempat KyuHyun tapi pria itu langsung berbalik meninggalkannya.

“Kepala kepolisian Cho,” panggilnya menghentikan KyuHyun.

KyuHyun tidak berbalik membuat Hyo-Hwa terpaksa berjalan melewatinya agar bisa melihat pria itu.

Pria itu diam. Tatapannya dingin dan tidak bersahabat, hanya perlu menunggu waktu sampai dia benar-benar meledak.

“Kau… marah?” tanya Hyo-Hwa hati-hati.

KyuHyun tidak menjawab, ekspresi wajahnya juga terlihat masih sama.

“Aku hanya sedang membicarakan tentang pekerjaan dengannya tadi dan…”

“Apa aku sedang bertanya?” Kata KyuHyun dingin.

Dia benar-benar marah. Hyo-Hwa berharap kalau pria itu berteriak dan memarahinya saat ini agar dia setidaknya memiliki sedikit harapan kalau KyuHyun masih mau berbicara dengannya.

KyuHyun diam, tatapan dingin tidak bersahabatnya kembali. Itu berarti pria itu tidak akan peduli lagi dengan apa yang akan wanita itu lakukan.

Sialan. Hyo-Hwa takut kalau KyuHyun mencampakkannya.

Pria itu pergi meninggalkan Hyo-Hwa merasa hampir tidak bisa mengendalikan emosinya. Bukan hanya karena Hyo-Hwa yang memutuskan untuk bekerja sama dengan Chang-Min tapi juga karena wanita itu terlihat begitu nyaman saat bersama pria lain selain dirinya.

Dan KyuHyun merasa Chang-Min tertarik pada Hyo-Hwa dilihat dari cara pria itu memandangnya. Itu wajar bukan? Kalau KyuHyun marah.

“KyuHyun~a,”

Hyo-Hwa sangat sering memanggilnya, KyuHyun suka saat mendengar bagaimana suara wanita itu memanggilnya kesal dengan embel-embel jabatannya. Hanya saja kali ini berbeda, Hyo-Hwa memanggil namanya dengan nada putus asa, hampir memohon.

Pria itu berhenti, ingin mendengarkan apa yang akan dikatakan wanita itu walaupun dia sudah bisa menebaknya. Mereka sudah lama bersama dan KyuHyun sudah sangat hafal dengan sifatnya.

Hyo-Hwa mendekatinya lagi, menarik ujung jas KyuHyun memintanya untuk tidak pergi dan mendengarkannya.

“Aku minta maaf.”

Yang berarti wanita itu tidak akan mundur dari keputusannya sekarang. KyuHyun menggenggam tangannya kuat, membuat urat-uratnya timbul.

Oh, sialan. Dia terlihat sangat menyedihkan sekarang. Lebih dari apapun dia sangat benci saat mendengar kata maaf kalau hanya meminta untuk dipahami. Sampai kapanpun pria itu tidak akan paham dengan jalan pikiran Hyo-Hwa.

KyuHyun melepaskan tangan Hyo-Hwa dari jasnya. Merasa sangat kecewa dengan wanita itu.

“Lakukan sesukamu.”

*****

Chang-Min tersenyum tipis melihat bagaimana reaksi KyuHyun hanya karena dia mengajak Hyo-Hwa berbicara dengannya. Merasa kalau tebakannya tentang kaitan antara Marcus, KyuHyun dan Hyo-Hwa hampir benar.

Shim Chang-Min sudah mencari tahu beberapa hal tentang Marcus. Dan apapun yang berkaitan dengan Marcus maka nama Park Hyo-Hwa juga akan muncul setelahnya.

Pria itu menebak KyuHyun adalah Marcus, lalu Hyo-Hwa jatuh cinta pada pria itu tentunya. Memangnya hal apa lagi yang bisa menunda penangkapan pencuri itu sampai selama ini kalau bukan karena perasaan pribadi. Lagipula Hyo-Hwa itu perempuan normal. Jadi, tentu saja dia menyukai KyuHyun. Pria yang memiliki nilai A dalam segala aspek.

Chang-Min berdiri dari duduknya melihat Hyo-Hwa yang masih berdiri ditempatnya tadi. Seperti sedang menunggu KyuHyun kembali dan tentu saja itu mustahil.

“Kau baik-baik saja detektif Park?” tanya Chang-Min saat berdiri dibelakang Hyo-Hwa.

Hyo-Hwa diam masih menenangkan pikirannya supaya dia tidak berlari mengejar KyuHyun dan mengatakan kalau dia akan melakukan apapun asalkan pria itu tidak marah lagi padanya.

Dia membencinya. Tatapan dingin pria itu saat melihatnya tadi.

“Detektif Park?”

Hyo-Hwa membalikkan tubuhnya, tersenyum tipis pada Chang-Min.

“Aku baik-baik saja,”

Chang-Min mengangguk. “Kalau aku boleh tahu apa hubunganmu dengan kepala kepolisian Cho?” Tanya Chang-Min membuka penutup kaleng jus milik Hyo-Hwa lalu menyerahkannya kembali pada wanita itu.

Hyo-Hwa tidak menjawab, tidak tahu harus menjawab apa sebenarnya.

“Lebih dari sekedar kekasih, tapi belum resmi?” tebak Chang-Min.

Hyo-Hwa terkejut nyaris tersedak dengan nafasnya sendiri mendengar tebakan pria itu. Yah, hampir benar juga sih sebenarnya.

“Kalau memang seperti itu berarti aku masih punya kesempatan bukan?” tanya  Chang-Min tersenyum miring.

“Aku sepertinya mulai tertarik denganmu.”

*****

Chang-Min dan Hyo-Hwa keluar dari Seoul Arts Center setelah meminta salinan rekaman cctv pada tanggal terakhir pencuri Marcus beraksi ditempat itu. Kemudian sama-sama memeriksanya didalam mobil.

Ini adalah tempat terakhir, mereka sudah memeriksa seluruh tempat dimana Marcus juga pernah mencuri sebelumnya. Chang-Min mengumpulkan data sebanyak mungkin, pergi ketempat dimana pencuri itu pernah ada juga tidak lupa membawa Hyo-Hwa bersamanya.

Ini sudah seminggu sejak penyelidikan mereka dimulai dan Hyo-Hwa hampir tidak pernah masuk kekantor juga selama itu.

Pria itu lebih memilih bekerja diluar ruangan dari pada dikantor mengingat bagaimana KyuHyun yang sepertinya tidak akan melepaskan Hyo-Hwa begitu saja. Juga takut kalau Hyo-Hwa berubah pikiran kalau lama-lama didesak oleh KyuHyun dan malah meninggalkannya.

Chang-Min memperhatikan Hyo-Hwa yang masih serius melihat rekaman CCTV melalui laptopnya, tiba-tiba saja tersenyum. Entah kenapa menyukai ekspresi wanita itu saat diam. Terlihat misterius juga tidak bersahabat. Padahal kenyataannya sangat pemalu dan hangat.

Hyo-Hwa menoleh kesamping, merasa terus diperhatikan dan cukup terkejut saat melihat Chang-Min ternyata memang sedang memperhatikannya.

“A-apa ada yang salah?” tanyanya merasa gugup. Jujur saja dia merasa tidak nyaman saat diperhatikan lama-lama apalagi oleh orang yang baru dia kenal.

Chang-Min tersenyum lagi, lalu menggeleng.

“Ngomong-ngomong aku sepertinya setuju denganmu tentang Kepala kepolisian Cho,” ujar Chang-Min mengalihkan pembicaraan.

Hyo-Hwa tampak gugup, tidak bisa menyembunyikan ekspresi wajahnya.

“Dia adalah Marcus, kepala kepolisian Cho.” Lanjut Chang-Min percaya diri.

“Bagaimana dengan buktinya?” tanya Hyo-Hwa berusaha tenang.

“Tidak ada,” Chang-Min menghela nafas, terlihat lelah. Pria itu menyandarkan kepalanya dikursi mobil, memejamkan matanya.

“Tapi ada satu hal yang sangat ganjil darinya,” Chang-Min berbicara dengan mata masih menutup. “Kepala kepolisian Cho tidak pernah terekam saat keluar dari tempat pencurian.”

Chang-Min membuka matanya, kemudian duduk tegak menatap Hyo-Hwa serius. “Bukankah aneh detektif Park? Yah, kecuali CCTV dilift Sky Tower yang tiba-tiba saja rusak dihari pencurian itu.”

Wajah Hyo-Hwa memucat, terlihat sangat takut. Kalau rekaman ditempat itu memang ada dan sampai dilihat oleh orang lain dia benar-benar harus mengubur dirinya hidup-hidup. Apa yang akan orang katakan kalau sampai mereka melihatnya? Ah, membayangkannya saja membuatnya malu.

“Tapi, kalau hanya karena alasan itu aku pikir kau tidak akan bisa menangkap kepala kepolisian Cho,” komentar Hyo-Hwa berusaha untuk fokus kembali.

“Aku tahu,” jawab Chang-Min. “Karena itu aku memiliki rencana lain.” Ujar Chang-Min misterius.

Hyo-Hwa sedikit penasaran juga cemas. KyuHyun akan baik-baik saja bukan? Selama ini dia tidak pernah gagal dan wanita itu berharap kali ini juga seperti itu.

“Kau akan ikut membantuku bukan, partner?”

Hyo-Hwa mengangguk lalu kembali menatap rekaman CCTV yang sudah dilihatnya lebih dari lima kali itu. Dia akan menjadi wanita paling jahat setelah ini. Dan KyuHyun mungkin juga tidak akan tahan lagi dengannya.

Hukuman paling berat, ditinggalkan oleh pria itu.

*****

KyuHyun masuk kedalam ruangannya hampir siang. Kepala kepolisian dengan rekor sempurna disegala bagian itu terlihat sangat tidak bersemangat akhir-akhir ini. Tentu saja karena tidak bisa melihat detektif kesayangannya itu.

“Sialan,” umpat pria itu tidak peduli kalau ada bawahannya yang mendengarnya.

KyuHyun berdiri didepan lift dimana ada dua polisi pria didalamnya. KyuHyun menatap dingin dua polisi itu dan dalam hitungan detik mereka berhambur keluar sambil terus membungkuk padanya.

Pria itu masuk kedalam lift, menekan angka delapan lalu menunggu sampai pintu lift itu tertutup. Terlalu banyak hal yang mengingatkannya pada Hyo-Hwa termasuk tempat ini. Dia berharap kalau wanita itu akan muncul saat ini didepannya tanpa Chang-Min.

“Tunggu!!”

KyuHyun bisa menebak suara seseorang yang berteriak itu lalu buru-buru menekan tombol agar pintu lifnya kembali terbuka.

Hyo-Hwa buru-buru berlari mengejar lift yang masih terbuka itu tapi langkahnya langsung terhenti saat melihat KyuHyun didalamnya.

‘Lama tidak bertemu.’ Rasanya sangat ingin mengatakannya. Tapi, tatapan KyuHyun yang masih sama seperti saat terakhir mereka bertemu membuat nyalinya menciut.

‘Pasti masih marah. Tentu saja Park Hyo-Hwa bodoh, kau fikir itu karena siapa?’ teriak seseorang dalam pikirannya.

Pintu lift kembali akan menutup dan Hyo-Hwa masih berdiri ditempatnya, memuaskan diri dengan hanya melihat wajah pria itu.

KyuHyun menggeram, dia menahan pintu lift lalu menarik paksa Hyo-Hwa hingga akhirnya masuk kedalam lift bersamanya.

Mereka berdiri saling berhadapan, dengan jarak yang cukup tipis. KyuHyun menatap wanita itu lama, tidak mengatakan apapun. Masih marah tentu saja.

Dan Hyo-Hwa terlalu takut untuk melihat pria itu dengan jarak seperti ini. Jadi untuk keselamatan jantungnya dia memilih untuk menunduk.

KyuHyun masih memperhatikan tingkah Hyo-Hwa yang masih sama seperti biasanya, pemalu juga mudah gugup. Merasa senang karena ternyata tidak ada yang berubah dengan wanita itu setelah seminggu perpisahan mereka.

Tangan KyuHyun bergerak ingin menarik tubuh Hyo-Hwa mendekat, dia ingin memeluknya lagi. KyuHyun itu… sangat lunak bukan? Dia bahkan sudah bisa memaafkan wanita itu hanya dengan berdiri didepannya tanpa perlu melakukan apapun dan mengatakan apapun. Cukup hanya dengan bersikap seperti biasanya.

“De Chang-Min sshi,”

Tangan KyuHyun yang sudah berada dibelakang tubuh Hyo-Hwa berhenti secara tiba-tiba saat mendengar nama Shim Chang-Min disebut oleh Hyo-Hwa. Wanita itu terlihat sedang mendengarkan suara seseorang dari seberang handphonenya baik-baik.

“Iya, aku akan segera sampai,”

KyuHyun melepaskan tangan Hyo-Hwa yang dari tadi digenggamnya lalu menjauhi wanita itu dan berdiri didepannya.

‘Apa harus bicara semanis itu pada pria tidak penting sepertinya?’ umpat KyuHyun dalam hati.

Hyo-Hwa bahkan sangat jarang berbicara dengan nada lembut seperti itu dengannya. Setiap KyuHyun mengajaknya berbicara wanita itu selalu kesal setengah mati padanya.

*****

Hyo-Hwa hanya bisa menatap punggung KyuHyun. Dia bahkan masih merasakan sesak didadanya karena KyuHyun melepaskan tangannya tadi.

‘Aku sudah membuatnya marah besar,’ pikirnya sendiri.

Dan setelah ini sepertinya situasi akan semakin bertambah buruk. Mungkin kesempatan seperti ini tidak akan pernah ada lagi. Berada disatu lift yang sama.

Hyo-Hwa melangkah mendekati KyuHyun mencoba mengabaikan semua rasa malu dan gugupnya. Dia menyadarkan kepalanya dipunggung pria itu, merasa sangat nyaman dan hangat.

‘Setelah ini mungkin kau tidak ingin melihatku lagi, ini yang terakhir.’

Hyo-Hwa melingkarkan tangannya ditubuh KyuHyun memeluk pria itu dari belakang. KyuHyun tidak bereaksi apa-apa. Merasa sangat bingung dengan tingkah Hyo-Hwa yang tidak seperti biasanya itu.

Hyo-Hwa semakin mengeratkan pelukannya pada pria itu, menghirup aroma tubuhnya menyimpan dalam memorinya baik-baik.

“Maaf,” ujar wanita itu pelan.

Lagi? Meminta maaf untuk membela pria itu? KyuHyun melepaskan tangan Hyo-Hwa dari tubuhnya, mendorong tubuh wanita itu lalu menyudutkannya didinding.

“Apa pria itu sangat penting? Kenapa kau harus selalu…” perkataan KyuHyun terhenti saat melihat wajah Hyo-Hwa basah.

Pria itu tampak bingung, tangannya bergerak menyentuh wajah Hyo-Hwa.

“Kau… menangis?” tanyanya takut.

‘Apa sikapku terlalu keras? Ah, sialan kau Cho KyuHyun. Kau bahkan tidak bisa memperlakukan wanitamu dengan benar.’ Teriaknya pada diri sendiri.

Hyo-Hwa tidak menjawab, tangannya bergerak menarik kepala KyuHyun mendekat lalu menciumnya dengan gerakan perlahan.

Wanita itu hanya menempelkan bibirnya dengan bibir KyuHyun, awalnya KyuHyun tampak bingung sebelum akhirnya memeluk pinggang Hyo-Hwa. Ciuman itu tidak terlalu lama tapi hal ini mungkin tidak akan pernah terjadi untuk kedua kalinya.

Hyo-Hwa melepaskan bibirnya, menatap KyuHyun yang masih bingung dengan perubahan sikapnya yang sangat tiba-tiba.

“Aku minta maaf,” ujarnya lagi lalu pergi saat melihat pintu lift terbuka.

KyuHyun masih berdiri ditempatnya berusaha untuk berpikiran jernih. Dia tersenyum miring lalu menyentuh bibirnya yang untuk pertama kalinya dicium oleh Hyo-Hwa.

Biasanya KyuHyun yang selalu mengambil inisiatif duluan, tapi ternyata saat Hyo-Hwa yang memulainya lebih dulu tidak terlalu buruk juga.

“Maaf?” ujar KyuHyun mengulang perkataan Hyo-Hwa tadi. “Untuk membuatku semakin menginginkanmu?” KyuHyun berjalan keluar dari lift tidak ingin terjebak diruangan itu tanpa Hyo-Hwa.

Pria itu menemukan sosok Hyo-Hwa yang sedang berbicara serius dengan Chang-Min, tetap merasa tidak suka saat melihatnya.

KyuHyun tersenyum mengingat ciuman pertama wanita itu untuknya, “Kau… milikku.”

*****

Chang-Min menyerahkan beberapa dokumen yang sudah selesai ditelitinya pada Hyo-Hwa.

“Kau baik-baik saja? Wajahmu terlihat sedikit pucat,” tanya Chang-Min menatap Hyo-Hwa cemas.

Hyo-Hwa tersenyum tipis, “Aku baik-baik saja.” Jawabnya berusaha untuk terlihat meragukan.

Hyo-Hwa membuka salah satu dokumen itu. Tidak membacanya, hanya membuka-buka beberapa halaman agar bisa menghindari pertanyaan dari Chang-Min.

Chang-Min mengangguk, tidak ingin terlalu mengganggu privasi Hyo-Hwa dengan terlalu banyak bertanya.

Pria itu menatap lurus kedepan, melihat KyuHyun yang sedang memperhatikannya dengan tatapan tidak suka.

‘Cemburu? Ah, manis sekali.’ Ejek Chang-Min dalam hati.

Chang-Min tersenyum sinis kearah KyuHyun seperti sedang mengatakan kalau dia tidak takut sama sekali dengan status pria itu sebagai kepala kepolisian Seoul.

Dan KyuHyun membalasnya dengan senyuman licik. Senang bisa menemukan lawan baru yang menyebalkan sepertinya.

Hyo-Hwa yang masih membaca beberapa dokumen ditangannya yang diserahkan Chang-Min tadi mengangkat wajahnya saat merasakan aura aneh disekitarnya.

Wanita itu tampak terkejut saat melihat Chang-Min, pria itu sedang tersenyum tapi caranya tersenyum terkesan seperti sedang menantang seseorang. Hyo-Hwa mengikuti arah mata Chang-Min, melihat kalau ternyata KyuHyun lah orang yang Chang-Min tantang.

Dan Hyo-Hwa baru menyadari satu hal tentang dua pria itu. Mereka memiliki cara tersenyum yang hampir sama. Mematikan juga bisa membuat sembilan dari sepuluh wanita terkena serangan jantung karena terpesona.

Tapi… tunggu sebentar! Apa yang sedang wanita itu lakukan sekarang? Mengangumi ketampanan KyuHyun dan Chang-Min? Jika keaadaan ini terus berlanjut mungkin sesuatu yang buruk bisa terjadi.

“Chang-Min sshi?”

Chang-Min menoleh, melihat kearah Hyo-Hwa yang mengulurkan tangannya dan mengajaknya masuk kedalam ruangan rapat. Pria itu tampak sangat senang dan langsung menyambut uluran tangan Hyo-Hwa.

Walaupun sebenarnya Hyo-Hwa melakukan itu bukan karena dia memiliki ketertarikan pada Chang-Min. Hanya saja kalau dia lebih kuat mungkin dia sudah menyeret Chang-Min supaya berhenti memanas-manasi KyuHyun.

Tapi yang sebenarnya terjadi adalah Hyo-Hwa yang membuat KyuHyun panas dan hampir meledak.

“Menggandeng tangan pria lain?” gumam KyuHyun dengan mata berkilat marah. “Menyuruhku untuk mematahkan tangannya ya?”

KyuHyun berjalan cepat menuju ruangan rapat itu, berhubung dia diundang untuk mendengar laporan dari penyelidikan yang dilakukan oleh Chang-Min. Padahal ada rencana untuk tidak hadir, tapi dia harus menyadarkan Hyo-Hwa kalau KyuHyun masih hidup dan dia tidak boleh berpikiran macam-macam untuk mencari pria lain.

Dia sudah mengatakannya tadi bukan? Hyo-Hwa miliknya.

KyuHyun duduk dibarisan paling depan, memperhatikan Hyo-Hwa yang sibuk mengurusi hal yang tidak terlalu penting menurutnya. Cukup lama sejak terakhir kali Chang-Min masuk dan membawa Hyo-Hwa kemana-mana.

KyuHyun tidak terlalu mendengar apa yang sedang dipresentasikan Chang-Min didepannya dan beberapa petinggi kepolisian yang hadir ditempat itu. Tidak terlalu menarik menurutnya. Lagipula hampir semuanya hal yang sudah diketahuinya.

“Shim Chang-Min sshi, tolong langsung ke inti masalah.” Ujar Inspektur Kim seperti setuju dengan pikiran KyuHyun.

“Siapa yang kau curigai sebagai Marcus?” sambung KyuHyun menatap Chang-Min sinis.

“Aku tidak tahu.” Ujar Chang-Min tanpa ekspresi.

Keadaan diruangan rapat mulai gaduh, petinggi kepolisian itu saling berbisik meragukan kemampuan Shim Chang-Min.

“Lalu apa maksudmu mengadakan pertemuan ini?” tanya seorang anggota rapat marah.

“Karena saya ingin meminta kerja sama dan persetujuan dari anda semua,” jawabnya misterius.

KyuHyun menatap Chang-Min curiga, menerka-nerka apa yang pria itu rencanakan.

“Saya akan mengirim surat tantangan kepada Marcus,” Chang-Min memperlihatkan isi surat tantangannya itu melalui proyektor.

The Sancy Diamond, kalau kau ingin mengembalikannya lagi.

Datang dan ambillah dikantor kepolisian Seoul.

Tuesday, 30 Oct 2012.

 

“Saya sudah meminta izin resmi tentang berlian itu, jadi saya mohon untuk kerjasama dari semuanya.” Ujar pria itu sopan.

“Tapi bagaimana kalau dia tidak datang?” tanya inspektur Kim tidak yakin.

“Dia akan datang, karena dia bukan tipe orang yang menerima kekalahan,” ujar Chang-Min menatap KyuHyun. “Juga sedikit kekanakan,”

KyuHyun tersenyum sinis, “Kau berusaha terlalu keras,” komentar KyuHyun dingin.

“Karena ini tugasku,” jawabnya sombong. “Dan kepala kepolisian Cho?” panggilnya tiba-tiba bersikap sopan.

“Apa?” tanya KyuHyun curiga. Seseorang hanya akan bersikap baik saat dia memerlukan bantuan orang lain. Dia merasa seperti Chang-Min akan mengatakan hal yang cukup tidak menyenangkan.

“Saya harap anda akan datang dihari itu. Tidak perlu melakukan apapun, hanya perlu duduk diruangan anda. Karena mungkin saja saya bisa meminta petunjuk anda nantinya.”

‘Jebakan murahan,’ komentar KyuHyun tersenyum licik.

“Baik,” ujar KyuHyun bangun dari duduknya. “Tapi, kau harus kembali ke Amerika kalau misimu gagal.”

“Tentu saja,” jawab Chang-Min tidak takut.

*****

“Kau ingin makan sushi? Bagaimana kalau makan siang direstoran Jepang?” tanya Chang-Min bersemangat, dia masih berkonsentrasi mengemudikan mobil sambil sesekali melirik Hyo-Hwa yang terlihat seperti orang sakit.

Hyo-Hwa mengangguk tidak punya tenaga untuk berbicara lagi. Rasanya kepalanya sangat pusing memikirkan tentang hubungannya dengan KyuHyun setelah ini.

Apa yang pria itu pikirkan? Kalau Hyo-Hwa yang memberi ide untuk menjebak KyuHyun seperti ini? Wanita itu bahkan tidak melakukan apapun selain mengikuti kemanapun Chang-Min membawanya. Dia menjadi anak penurut saat bersama Chang-Min.

Hyo-Hwa membuka jendela mobil, membiarkan rambut panjangnya terbawa angin. Wanita itu memejamkan matanya menghirup aroma pohon pinus yang terasa begitu menyenangkan.

Jalanan itu sepi, Chang-Min lebih suka menghindari keramaian agar bisa berdua saja dengan wanita itu jadi setidaknya Hyo-Hwa hanya akan memperhatikannya saja. Walaupun akhirnya sia-sia, Hyo-Hwa tidak pernah benar-benar tertarik padanya.

Chang-Min melirik sebuah mobil melaju cepat dari belakang mereka melalui kaca spionnya dan dalam hitungan detik sudah melewati mobill mereka. Mobil itu berbelok lalu menghadang jalan dengan menghentikan mobilnya secara menyamping ditengah jalan.

Chang-Min menginjak rem secara refleks, beruntung karena dia tidak mengemudi dengan kecepatan tinggi. Pria itu sempat menahan pundak Hyo-Hwa agar wanita itu tidak kehilangan keseimbangan.

“Kau baik-baik saja?” tanyanya khawatir.

Hyo-Hwa mengangguk, matanya menatap lurus kearah mobil aneh yang tiba-tiba saja muncul itu. Dan wanita itu langsung tidak bisa bernafas saat melihat pria yang keluar dari mobil itu dengan raut wajah marah yang sangat mengerikan.

“Kyu…hyun?” gumam Hyo-Hwa nyaris tidak bersuara.

Chang-Min menolehkan wajahnnya dan langsung mengumpat saat mengetahui siapa pengemudi mobil sialan itu. Pria itu keluar dari mobil dengan tidak sabaran, terlihat sangat emosi.

Dan Hyo-Hwa langsung mengikuti dari belakang, walaupun sangat takut. Dia berharap untuk tidak bertemu dengan KyuHyun beberapa waktu ini. Ingin menghindarinya, tidak berani bahkan hanya untuk melihat wajahnya.

“Apa kau sudah gila Cho KyuHyun?” teriak Chang-Min marah. “Apa yang kau pikir sudah kau lakukan?”

KyuHyun menggenggam tangannya kuat, menahan diri untuk tidak melayangkan kepalan tangannya itu pada pria itu saat ini juga.

“Aku tidak punya urusan denganmu,” ujarnya menatap Hyo-Hwa yang berdiri dibelakang Chang-Min. “Kemari, Park Hyo-Hwa.” Perintahnya dingin.

Hyo-Hwa terlihat ragu, tapi pada akhirnya mengalah dan berjalan menuju KyuHyun tapi Chang-Min langsung menahannya dengan menarik tangannya.

“Begini caramu memperlakukannya selama ini? Egois,” komentar Chang-Min membuat situasi semakin buruk.

KyuHyun menarik tangan Hyo-Hwa kuat membuat genggaman Chang-Min terlepas. “Kau tidak berada diposisi untuk memberiku nasehat.” KyuHyun menyeret Hyo-Hwa bersamanya. Sedikit  kasar, cukup untuk membuat Hyo-Hwa meringis kesakitan.

“Kenapa kau tidak menanyakan kepadanya apa dia mau bersamamu atau tidak?” tanya Chang-Min kesal.

KyuHyun menghentikan langkahnya, tidak berbalik. “Untuk apa? Kau lihat dia langsung datang saat aku memintanya? Itu berarti dia ingin bersamaku.”

“Jangan egois Cho KyuHyun kau tahu itu karena kau yang memaksanya!” teriak Chang-Min hilang kesabaran.

“Terpaksa atau tidak sama saja. Asalkan dia mau bersamaku,” suara KyuHyun terdengar putus asa, membuat Hyo-Hwa menunduk tidak berani melihatnya lagi.

Pria keras kepala itu terlihat sangat berbeda hari ini. Pertama kalinya dia menunjukkan sisi lemahnya sebagai lelaki didepannya.

*****

KyuHyun mengoleskan dengan hati-hati salep pereda nyeri dipergelangan tangan Hyo-Hwa lalu meniup-niupnya pelan. Tangan wanita itu membiru akibat tarikannya yang terlalu kuat tadi, untung saja tidak sampai terkilir.

KyuHyun menyelesaikan tugasnya dengan baik, dia menyimpan salep itu disampingnya lalu memperhatikan Hyo-Hwa yang langsung melihat kearah lain.

Selalu menghindarinya, padahal KyuHyun sudah mengatakannya kalau dia tidak boleh bersikap seperti itu lagi padanya.

“Bagaimana kabarmu?” tanya Hyo-Hwa gugup, tidak menatap KyuHyun.

“Seperti yang kau lihat. Tidak sebaik itu,” jawabnya datar.

“Kau… masih marah karena aku menjadi partner Chang-Min?” tanya Hyo-Hwa hati-hati.

KyuHyun mendengus, terlihat sangat tidak suka kalau mendengar Hyo-Hwa menyebut nama pria lain. KyuHyun menyandarkan tubuhnya dikursi kayu dibelakangnya, tangannya melipat didepan dada.

“Bukan karena kau menjadi partnernya. Tapi karena kau selalu bersama dengannya.”

Hyo-Hwa mengalihkan pandangannya pada KyuHyun cepat. “Kenapa?” tanya Hyo-Hwa bodoh. “Bukannya kau  marah karena aku menjebakmu?”

KyuHyun tersenyum, menatap Hyo-Hwa lama. Wanita bodoh yang selalu membuat emosinya naik turun. Pria itu menegakkan tubuhnya lalu menyandarkan kepalanya dibahu Hyo-Hwa, merasa nyaman dan kepalanya menjadi lebih ringan.

“Karena dia selalu membawamu kemana-mana. Apa kau ingat kapan terakhir kali kita duduk bersama seperti ini?” tanya KyuHyun hampir merajuk.

Hyo-Hwa tertawa kecil, belum pernah melihat sisi kekanakan KyuHyun yang seperti ini. Dia ternyata bisa menjadi anak manis juga.

Tapi tawanya langsung menghilang saat merasakan tangan KyuHyun disekeliling pinggangnya. Memeluknya lalu sedikit menggeser kepalanya, membuat Hyo-Hwa bisa merasakan nafas pria itu disekitar lehernya.

Jantungnya… Oh, ya Tuhan apa yang harus dia lakukan pada jantungnya yang tidak akan pernah bisa berdetak normal setiap KyuHyun berada didekatnya. Itu memalukan.

“Aku mendengar suara aneh.” Ujar KyuHyun tersenyum jahil. “Dugeun, dugeun…” gumam pria itu tersenyum. “Suara jantungmu.”

Hyo-Hwa menggigit bibir bawahnya lalu menundukkan wajahnya dalam. Sampai kapan dia harus mempermalukan dirinya seperti ini.

KyuHyun tersenyum tipis, dia mengangkat kepalanya lalu memperhatikan Hyo-Hwa yang menundukkan wajahnya dalam. Pria itu memegang wajah Hyo-Hwa lalu membuatnya sampai menatapnya lagi. Wajah wanita itu merah padam.

“Bagaimana kalau aku menghilangkan suara itu?” tawar KyuHyun tersenyum menggoda.

KyuHyun mencium pipi kiri Hyo-Hwa, lalu tersenyum jahil melihat reaksi terkejut wanita itu.

“Eh, suaranya masih terdengar?”

KyuHyun mencium pipi kanan Hyo-Hwa kemudian. Merasa senang saat melihat ekspresi Hyo-Hwa yang hampir menangis karena menahan malu.

“Ah, suaranya masih ada,” KyuHyun baru akan mencium Hyo-Hwa lagi tapi wanita itu langsung menahannya.

“Hentikan bodoh,” tolak Hyo-Hwa menyembunyikan wajahnya didada pria itu. “Menyenangkan ya membuatku malu seperti ini?” bisiknya geram.

“Apanya yang memalukan?” tanya KyuHyun memeluk tubuh wanita itu erat. “Itu artinya kau menyukaiku bukan?”

KyuHyun menarik wajah Hyo-Hwa merasa masih sangat merindukannya. “Seperti saat pertama kali.”

KyuHyun mengecup bibir Hyo-Hwa beberapa kali, kalau saja wanita itu tahu bagaimana detak jantungnya sekarang. Dia juga akan tahu kalau bukan hanya dia yang gugup kalau pria itu juga merasakan hal yang sama.

Hyo-Hwa memeluk tubuh KyuHyun saat merasakan bibir pria itu mulai bergerak dibibirnya. Awalnya lembut sebelum akhirnya menuntut dan tidak sabaran. KyuHyun selalu kehilangan kendalinya saat bersentuhan dengan wanita itu.

Menginginkan lagi dan lagi tapi berakhir dengan membebaskan Hyo-Hwa karena nafasnya yang mulai tidak teratur.

Hyo-Hwa menyembunyikan wajahnya dipundak KyuHyun tidak berani menatapnya, “Kau harus berjanji kalau tidak akan tertangkap,” bisik wanita itu pelan. “Karena hanya aku yang boleh menangkapmu, mengerti?”

KyuHyun terkekeh pelan, “Lalu kapan hal itu akan terjadi?” godanya membuat Hyo-Hwa geram tapi malah memeluknya semakin erat.

“Tunggu saja, aku pasti bisa menangkapmu.”

“Tentu saja kau pikir apa yang kulakukan selama ini kalau bukan menunggumu nona detektif?”

*****

Aku akan datang. 09.00 PM

Persiapkan diri kalian baik-baik

-Marcus-

Chang-Min membaca kembali isi memo yang dikirimkan Marcus yang sudah disimpannya dihandphone dalam bentuk foto.

Ini adalah malam yang sudah ditentukan, jujur saja dia cukup gugup. Pria itu melihat kesekelilingnya, The Sancy Diamond berada dalam penjagaan sangat baik. Juga karena ini merupakan kantor pusat sepertinya Marcus tidak akan bisa bekerja sebaik itu.

“Apa yang kau lamunkan dari tadi?” tanya Hyo-Hwa sedikit penasaran.

Chang-Min menggeleng, “Hanya beberapa hal tidak penting.”

Mereka berada dilantai dua kantor kepolisian Seoul saat ini, Chang-Min sengaja memilih tempat itu mengingat jarak yang cukup jauh dengan ruangan KyuHyun. Pria itu mengecek ruangan KyuHyun melalui handphonenya yang sudah terhubung dengan kamera pengintai yang telah dia pasang diruang pria itu.

KyuHyun masih berada ditempatnya, membaca sesuatu dokumen diruangannya tenang. Terlihat sangat tidak mencurigakan.

Hanya tinggal beberapa menit lagi sebelum waktu yang ditentukan pencuri itu. Biasanya dia akan mematikan saklar lampu atau menyamar menjadi seseorang diantara polisi yang sedang berjaga.

Jadi, kali ini Chang-Min menugaskan sekitar delapan puluh polisi yang memiliki kemampuan bela diri yang tinggi ditempat saklar arus listrik dan lima puluh polisi berada dilantai dua bersamanya menjaga berlian itu.

Tidak ada yang ganjil sepenglihatannya, tapi itu malah membuatnya semakin curiga. Apa pencuri itu tidak akan datang atau jangan-jangan dia sudah berbaur dengan mereka?

Chang-Min menatap Hyo-Hwa, tiba-tiba merasa curiga dengan wanita itu. Dia menghampiri Hyo-Hwa secara perlahan lalu dengan gerakan yang tak diduga mencubit kedua pipi wanita itu kuat-kuat.

“Aaaaw~ sakit bodoh!!” teriak Hyo-Hwa marah lalu memukul kepala Chang-Min.

Chang-Min tersenyum polos, mengelus-ngelus kepalanya sendiri yang dipukul dengan sangat kuat oleh Hyo-Hwa tadi.

“Aku hanya bercanda. Maaf, maaf.” Chang-Min menempelkan kedua telapak tangannya diwajah Hyo-Hwa, tersenyum.

Hyo-Hwa terpesona untuk beberapa detik yang terasa sangat lama. ‘Ah, tampan sekali.’ Pikir Hyo-Hwa, wanita itu ikut tersenyum merasa ini pertama kalinya dia benar-benar dekat dengan Chang-Min.

Tuk…

Chang-Min dan Hyo-Hwa refleks menoleh saat mendengar suara benda jatuh dan detik berikutnya kepulan asap langsung memenuhi tempat mereka berdiri.

“Ini… gas tidur,” gumam Chang-Min langsung menutup hidungnya dengan lengannya, dia menarik tangan Hyo-Hwa dan langsung menyeretnya keluar dari tempat itu.

Chang-Min melirik jam tangannya, masih ada dua menit sebelum waktu yang ditentukan Marcus.

‘Melanggar janji? Pasti marah karena aku menyentuh wanitamu bukan. KyuHyun sshi?’ Chang-Min tersenyum.

Hyo-Hwa memperhatikan Chang-Min, dia terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Rasanya ada yang sedikit anhe dengannya malam ini. Entah itu perasaannya saja atau bukan, rasanya seperti… insting berburu pria itu telah keluar.

Chang-Min membuka pintu ruangan disusul oleh Hyo-Hwa setelahnya, melihat seluruh polisi sudah tertidur pulas dengan posisi yang berbeda-beda. Mereka mendatangi kotak berlian itu lalu melihat sebuah kertas didalamnya.

 

Aku tidak suka barang tiruan sebenarnya.

Ambil kembali AT7F

Sampai bertemu

-Marcus-

“Tiruan? Kau berbohong?” tanya Hyo-Hwa terkejut. Wanita itu bahkan tidak tahu apa-apa soal hal ini.

Chang-Min tersenyum tipis, “Tapi apa maksudnya dengan AT7F?” Chang-Min mengalihkan perhatian Hyo-Hwa

Hyo-Hwa tampak berfikir, Cho KyuHyun seseorang dengan pemikiran sederhana, bukan seseorang yang suka membuat masalah menjadi sulit. Hampir sama dengannya.

“Sederhana, sederhana. Hmm…” Hyo-Hwa mengetuk-ngetukkan kertas itu dikepalanya.

Chang-Min terlihat sudah tidak sabar kemudian pergi, tidak mendapat petunjuk apapun tentang kode itu. “Aku akan mengecek di setiap lantai,” ujarnya sambil berlari.

Chang-Min itu memang memiliki stamina yang cukup baik, dia juga bisa berlari dengan cepat. Jadi, wajar saja dia lebih tidak sabaran seperti Hyo-Hwa.

“A T 7 F…” gumam Hyo-Hwa. “Apa mungkin AT 7 F? ”

AT 7th Floor

“Dilantai 7?” Hyo-Hwa tersenyum sendiri, merasa senang bisa memecahkan kode yang KyuHyun berikan. Walaupun belum tentu kebenarannya.

Wanita itu berlari menuju tangga darurat karena seluruh lift tidak bisa digunakan untuk malam ini. Kemampuan berlarinya masih belum meningkat, tapi walaupun merasa kakinya seperti hampir lepas dia tetap saja berlari. Berharap Marcus belum pergi.

Hyo-Hwa membuka pintu dilantai 7 dengan nafas terengah-engah. Wanita itu mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan.

“Jangan bilang aku harus berkeliling lagi untuk mencarinya,” ujar Hyo-Hwa malas.

Wanita itu berjalan lemas, membuka satu persatu ruangan tertutup ditempat itu. Dan saat dia membuka ruangan ke tiga dia merasa seseorang menarik tangannya dan langsung membungkam mulutnya dengan tangannya.

Wanita itu meronta-ronta dengan mata tertutup minta dilepaskan.

“Tenanglah, ini aku.”

‘Eh? Suara ini…’ Hyo-Hwa membuka matanya melihat seorang pria dengan topeng joker berdiri didepannya.

“Kyu…Hyun?” panggilnya tidak yakin.

“Marcus, nona detektif.” Jawab KyuHyun geli.

“Detektif Park kau menemukannya?” panggil Chang-Min membuat Hyo-Hwa langsung terperanjat.

Chang-Min sempat melihat Hyo-Hwa ditangga darurat tadi, jadi dia memutuskan untuk mengikuti wanita itu saja daripada harus sendirian. Lagipula Marcus pasti akan menampakkan dirinya kalau Hyo-Hwa yang mencari. Mereka kan Lovey dovey.

“Detektif Park?” panggilnya lagi.

Hyo-Hwa mulai berkeringat dingin saat mendengar suara Chang-Min semakin mendekat. Berbanding terbalik dengan KyuHyun yang masih sangat tenang.

Chang-Min membuka pintu ditempat Hyo-Hwa dan KyuHyun berada, tersenyum senang kemudian.

“Aku menemukanmu,” ujarnya tersenyum licik.

Chang-Min mendekati perlahan KyuHyun yang masih membekap mulut Hyo-Hwa dan dengan gerakan yang sangat cepat menarik tangan KyuHyun.

Mereka masih saling beradu kekuatan, siapa yang bisa menahan dorongan lebih kuat. KyuHyun memutar tangan Chang-Min menjatuhkan tubuh pria itu kelantai, KyuHyun baru saja akan menidurkan Chang-Min dengan sapu tangan berisi obat bius saat tiba-tiba pria itu menusuk lengan kanannya dengan sebuah pena membuat KyuHyun langsung terjatuh kebelakang.

“Ingat kejadian yang sama seperti ini?” tanya Chang-Min menyindir.

Tentu saja KyuHyun ingat, saat pertama kali dia bertemu dengan Hyo-Hwa dan saat semuanya terasa lebih menyenangkan bagi pria itu.

Chang-Min berdiri, menghampiri KyuHyun yang masih belum bangun dari posisinya “Jadi, bagaimana kalau kita akhiri saja permainan ini tuan pencuri?”

Chang-Min baru saja akan meninju wajah KyuHyun sebelum KyuHyun menendang kaki Chang-Min sekuat tenaga membuat Chang-Min langsung terjatuh dengan suara yang sangat keras membentur lantai.

KyuHyun melemparkan berlian tiruan itu ditubuh Chang-Min dan langsung berlari meninggalkan tempat itu.

Chang-Min tidak mencoba untuk mengejarnya lagi. Pria itu tersenyum licik, lalu menatap Hyo-Hwa yang masih berdiri ditempatnya tanpa bergeser sedikitpun.

“Ayo menemui kepala kepolisian Cho dan melaporkan kalau kita gagal,”

“Apa?”

*****

“Masuk,” ujar KyuHyun dari dalam ruangannya saat mendengar ketukan pintu.

Chang-Min dan Hyo-Hwa masuk kedalam ruangan KyuHyun, mereka berdiri tepat didepan meja KyuHyun. KyuHyun mengangkat wajahnya, tersenyum kearah Hyo-Hwa sambil melambaikan tangan.

‘Dia… kenapa? Apa kepalanya terbentur?’ pikir Hyo-Hwa merasa ada yang aneh dengan sikap KyuHyun.

“Ada apa?” tanya KyuHyun dingin pada Chang-Min.

“Kami gagal menangkap Marcus,” ujarnya terus terang. “Dan ini…” Chang-Min menyerahkan berlian palsu yang digunakannya tadi. “Aku hanya menggunakan berlian tiruan. Maaf tidak memberitahu dari awal,”

KyuHyun mengangguk, “Lalu itu berarti kau akan kembali ke Amerika bukan?” ujar KyuHyun mengambil berlian tiruan itu.

Dan tepat saat tangan KyuHyun menggapai berlian itu Chang-Min langsung menahan tangan KyuHyun. Dia menarik lengan kemeja KyuHyun sampai memperlihatkan sikunya. Tapi… hal yang dia cari tidak ada.

Chang-Min yakin kalau dia sudah menusuknya dengan pena tadi, dia mengambil lengan yang satunya lalu menarik lengan kemejanya lagi tapi tetap saja tidak ada.

“Apa yang sedang kau lakukan!!” teriak KyuHyun marah.

“Tidak… mungkin,” gumam Chang-Min menarik tangan KyuHyun lagi, lalu memeriksa lengannya lagi.

“Itu…” ujar Hyo-Hwa hampir berbisik, menunjuk kejendela kaca ruangan KyuHyun yang tidak tertutup gorden.

Pria bertopeng joker itu melambai didepan mereka dengan tubuh yang diikat dengan tali pengaman.

Chang-Min menatap pemandangan didepannya tidak percaya, dia melihat kearah KyuHyun lagi, berpikir kalau ada yang salah dengan matanya. Tapi, ini memang nyata, Marcus berada diluar jendela dan KyuHyun didepannya.

Marcus menurunkan tubuhnya dan langsung mendarat dimobil Ferrari hitamnya. Chang-Min berlari menuju jendela ruangan itu, melihat Marcus yang melambai sambil menjalankan mobilnya.

“Ini… tidak mungkin,”

*****

“Aku tidak percaya melakukan semua ini hanya untuk jatah sosis dan susu straweberry satu bulan,” keluh Eun-Hyuk saat masuk kedalam mobil dan membuka topeng wajah KyuHyun yang digunakannya daritadi.

KyuHyun tersenyum tipis, lalu menghidupkan mesin mobilnya.

“Bagaimana reaksi Chang-Min?” tanyanya santai.

“Dia hampir gila, aku pikir jiwanya sangat terguncang.”

KyuHyun tertawa pelan, merasa senang dengan hasil kerjanya sendiri.

“Tapi… Hyo-Hwa sedikit aneh,” ujar Eun-Hyuk menarik perhatian KyuHyun. “Apa dia memang selalu seperti itu? Maksudku… dia hampir menjambak rambutku saat aku berusaha merayunya tadi.”

KyuHyun tertawa puas. Ah, tentu saja wanita itu bisa mengenalinya.

“Apa dia memang biasanya bereaksi seperti itu?” tanya Eun-Hyuk penasaran.

KyuHyun tersenyum, membayangkan bagaimana reaksi Hyo-Hwa setiap kali dia bersamanya. Wajah yang merona merah dan sifat pemalu yang begitu manis. Ah, tiba-tiba saja dia merindukannya.

“Hei, kenapa mengabaikanku?” protes Eun-Hyu kesal.

“Kalau bersamaku… tentu saja, dia tidak bisa menolak.”

‘Kalaupun dia menolak, aku akan terus memaksanya sampai dia mengalah. Itu resikonya, menyukai pria keras kepala sepertiku.’ Sambung KyuHyun dalam hati.

*****

Hyo-Hwa melirik risih kebelakang, melihat KyuHyun yang dengan santainya berdiri hanya dengan kaus V neck putih dan celana jeans hitam. Tebakannya adalah pria itu baru selesai mandi dan mengebut pergi bandara pagi-pagi.

Dan tentu saja, bukan untuk mengantarnya atau orang lain. Tapi menjaga wanita itu dari…

“Aku pikir aku hanya menghubungimu untuk mengantarku tadi, kenapa kepala kepolisian Cho juga bisa disini?” tanya Chang-Min melirik KyuHyun yang berdiri dibelakang Hyo-Hwa, tidak terlalu jauh dengan mereka.

“Aku juga tidak tahu,” jawab Hyo-Hwa menunduk.

Bukannya tidak tahu, tapi terlalu malu untuk mengatakan yang sebenarnya kalau ibunya lah yang melapor pada KyuHyun. Wanita itu bahkan masih ingat bagaimana hebohnya ibunya saat mendengar Hyo-Hwa memanggil nama pria lain selain KyuHyun.

Dan jangan tanyakan padanya darimana ibunya mendapatkan nomor ponsel KyuHyun. Ibunya… sangat mengerikan.

Hyo-Hwa melirik KyuHyun lagi, yang sialnya masih terlihat sangat tampan dengan pakaian sederhananya itu. Ditambah dengan rambut setengah basahnya yang membuatnya terlihat… seksi? Oh, sial. Pikiran kotor dipagi hari. Wanita itu terkadang berfikir, apa KyuHyun pernah telihat tidak tampan dan menggoda?

“Setelah ini mungkin aku tidak akan kembali lagi ke Korea,” ujar Chang-Min pelan. “Sebagai perpisahan, apa bisa kau memelukku?” tanyanya menelentangkan kedua tangannya lebar-lebar.

Hyo-Hwa merasa aura membunuh yang sangat mengerikan dibelakangnya. Membuat bulu kuduknya merinding, wanita itu buru-buru mengulurkan tangannya didepan Chang-Min.

“Jabat tangan?” tawar Hyo-Hwa berusaha tersenyum,takut membuat Chang-Min tersinggung.

Chang-Min tersenyum, mengerti dengan keadaan wanita itu dia membalas uluran tangan Hyo-Hwa dan hanya memuaskan dirinya dengan berjabat tangan.

“Kau harus sering menghubungiku,”

Hyo-Hwa mengangguk, walaupun tidak yakin apa dia bisa melakukannya atau tidak.

”Kalau foto bersama bisa bukan? Setidaknya aku bisa melihatnya saat aku merindukanmu nanti.”

Chang-Min langsung berdiri disamping Hyo-Hwa dan mengeluarkan handphonennya sebelum Hyo-Hwa menolaknya lagi.

“Hana… dul… set,”

Pria itu melihat hasil fotonya dan tersenyum puas. “Kau memang sangat cantik,” pujinya membuat Hyo-Hwa malu.

Chang-Min mendengar pemberitahuan tentang pesawat keberangkatannya dan dengan sangat tidak rela berpisah dengan Hyo-Hwa.

“Kalau begitu aku pergi dulu,” pamitnya. “Jaga dirimu baik-baik.” Pesannya lalu pergi sambil berjalan mundur dan terus melihat Hyo-Hwa.

Wanita itu melambaikan tangannya, tersenyum. “Kau juga, jaga dirimu baik-baik.”

Chang-Min mengangguk, lalu membalikkan tubuhnya tidak menoleh lagi kebelakang. Dia takut kalau dia melakukannya mungkin saja dia tidak bisa pergi, meninggalkan wanita itu.

“Pandangi terus sampai matamu keluar,” ujar KyuHyun ketus.

Hyo-Hwa menoleh kasar kearahnya, “Kau… maksudku kepala kepolisian Cho. Kenapa kau selalu marah saat aku bersama Chang-Min? Bukannya aku melakukan hal-hal aneh juga.” Protes Hyo-Hwa kesal dan langsung meninggalkannya.

KyuHyun melihat Hyo-Hwa bingung, “Yang seharusnya marah itu kan aku,” gumam KyuHyun mengikuti Hyo-Hwa dari belakang.

*****

Chang-Min membuka foto yang baru saja diambilnya dengan Hyo-Hwa kembali sebelum pesawat berangkat. Rasanya dia sudah merindukan wanita itu lagi.

Pria itu melihat gambar KyuHyun yang juga ikut terambil bersama mereka, tersenyum sendiri mengingat sikap KyuHyun yang menurutnya sangat kekanakan.

Chang-Min masih memperhatikan foto itu sebelum melihat hal yang sedikit janggal dengan KyuHyun. Dia memperbesar foto itu dan tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya saat melihat sisi lengan kanan KyuHyun. Terdapat sebuah plester disana.

“Sialan,” umpat Chang-Min kesal.

Dia memang pencuri itu, bodoh sekali pria itu tidak mengejarnya tadi malam. Chang-Min tertawa sendiri, menertawakan kebodohannya.

Pria itu berfikir kalau selama ini Hyo-Hwa yang membantu KyuHyun tapi tidak, Hyo-Hwa bahkan terus bersamanya dari awal sampai akhir.

Ada orang lain, dan sialannya dia tidak tahu tentang itu.

“Maaf tuan, tolong matikan handphone anda,” ujar seorang pramugari sopan.

Chang-Min mengangguk, lalu mematikan handphonenya. Dia menyandarkan tubuhnya dikursi penumpang. Merasa sangat lelah dan juga bodoh. Tapi, percuma saja menyesal manusia tidak hidup dimasa lalu.

“Maaf, nona cantik.” Chang-Min memanggil pramugari tadi. Pramugari itu menoleh dan wajahnya langsung merah saat melihat senyuman miring Chang-Min. “Bisa tolong bawakan aku wine?”

*****

KyuHyun dan Hyo-Hwa berjalan berdampingan, tapi tidak ada yang mau berbicara. Sama-sama masih kesal. Walaupun yang seharusnya marah itu KyuHyun.

Mereka berada dipantai sekarang, KyuHyun sengaja membawanya kesini karena sepertinya pria itu belum pernah memperlakukan Hyo-Hwa dengan benar kecuali selalu memaksakan keinginannya sendiri.

“Aku yang seharusnya marah, berhenti mendiamkanku.” Ujar KyuHyun membuka pembicaraan.

Hyo-Hwa tidak mengacuhkannya, wanita itu membuang muka membuatnya terlihat sangat kekanakan.

“Hyo-Hwa~ya,” panggil KyuHyun memohon.

Wanita itu kalah telak. Dia tidak akan bisa marah lagi kalau sudah mendengar suara KyuHyun yang seperti itu.

Hyo-Hwa menoleh pelan kearahnya, mendadak merasa wajahnya memanas saat mata mereka bertemu.

“Kau… selalu seperti itu, marah saat aku hanya berbicara dengan Chang-Min. Sudah aku katakan bukan kalau aku tidak melakukan apa-apa dengannya. Bukannya aku menyukainya juga.” Protesnya panjang lebar.

KyuHyun tersenyum jahil, “Ah, aku lupa. Bukankah kau menyukaiku? 9, 12, 21?”

Hyo-Hwa melihat kearah lain, merasa sangat malu dan langsung pergi meninggalkan KyuHyun. Pria itu tertawa geli, senang bisa mengerjai Hyo-Hwa seperti itu.

“Hei, mau kemana?” panggil KyuHyun dan Hyo-Hwa malah berlari sekencang mungkin, meninggalkannya.

“Dasar bodoh,” gumam pria itu tersenyum.

“Permisi, anak muda?”

KyuHyun menoleh mendengar seseorang seperti sedang memanggilnya. Dia pikir tidak ada orang lain selain dia dan Hyo-Hwa tadi disini.

“Ne,  haraeoji.” Jawabnya sopan saat melihat seorang kakek dibelakangnya.

Kakek itu tersenyum ramah, menyerahkan sebuah kamera digital lama pada KyuHyun. “Bisa kau ambilkan foto untuk kami?” tanyanya.

KyuHyun mengangguk, lalu kakek itu memanggil seseorang yang dimaksudnya ‘kami’ tadi. Istrinya.

Mereka tersenyum didepan kamera, dengan tangan membentuk tanda V. Terlihat masih sangat bahagia bisa bersama.

KyuHyun menyerahkan kembali kamera itu setelah mengambil foto mereka. Tiba-tiba merasa sangat iri dengan pasangan itu. Dia sudah mengatakannya pada Hyo-Hwa bukan? Kalau dia ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan mencintainya.

Walaupun sering berdebat pada akhirnya KyuHyun tidak bisa menahan dirinya untuk melihat Hyo-Hwa lagi.

KyuHyun membungkukkan tubuhnya berpamitan, sebelum akhirnya pergi menyusul Hyo-Hwa lagi. Wanita itu berjongkok dipinggir pantai dengan wajah merengut dan mulut yang terus berbicara tidak jelas.

Dia menulis-nulis sesuatu dipasir pantai dengan wajah yang masih sama. Setengah kesal setengahya lagi merajuk.

KyuHyun berjalan perlahan, berusaha agar Hyo-Hwa tidak menyadari kehadirannya. Pria itu berdiri dibelakangnya, melihat apa yang wanita itu lakukan dari tadi.

‘KyuHyun bodoh,’ ‘KyuHyun Jelek,’ ‘Egois,’ ‘Keras kepala,’ ‘Tukang marah,’

KyuHyun tersenyum membaca tulisan wanita itu yang semuanya hanyalah umpatan untuknya. Dia melirik tulisan yang sedikit kecil nyaris tidak terlihat olehnya, dibagian bawah.

‘Hyo-Hwa 0 KyuHyun’

KyuHyun memiringkan kepalanya, terlihat berfikir. Seharusnya wanita itu menaruh lambang cinta disitu bukannya… eh, tapi tunggu sebentar. 0 itu bukankah istilah cinta dalam permainan tenis?

Pria itu tersenyum, dia menundukkan tubuhnya hingga wajahnya sekarang berada disamping wajah Hyo-Hwa.

“Hoo~ jadi aku bodoh?”

Hyo-Hwa tersentak, dia langsung terjatuh kebelakang karena kehilangan keseimbangan. Wanita itu meringis, menatap KyuHyun tajam.

“Kau? Senang sekali ya membuatku terkejut?”

KyuHyun mengangkat bahunya tidak peduli, tapi tangannya terulur pada Hyo-Hwa membantunya berdiri.

Wanita itu terus saja bergerutu tidak jelas sambil membersihkan celana dan pakaiannya yang terkena pasir.

“Coba aku lihat, apa lagi yang kau tulis?”

“Tidak boleh,” ujar Hyo-Hwa menahan tubuh KyuHyun. ‘Oh, sial. Aku belum menghapus tulisan memalukan itu,’ rutuk Hyo-Hwa dalam hati.

“Ki-kita pulang saja ya,” katanya berusaha membujuk KyuHyun.

KyuHyun tersenyum dia melingkarkan tangannya disekeliling pinggang Hyo-Hwa, mengunci tubuh wanita itu.

“Kau… selalu memiliki cara yang sangat manis saat ingin menyatakan perasaan ya?” tanya KyuHyun menyadarkan dagunya dibahu Hyo-Hwa, merasa senang saat bisa sedekat ini dengannya.

Hyo-Hwa membeku seperti biasanya, tidak mengatakan apapun juga tidak melakukan apapun.

“Coba katakan dengan benar, Hyo-Hwa 0 KyuHyun. Hyo-Hwa mencintai KyuHyun,”

Hyo-Hwa membenamkan wajahnya didada pria itu, merasa malu setengah mati. Pria itu sudah membacanya, mau dibawa kemana mukanya sekarang.

“Katakan,” paksa KyuHyun memeluk Hyo-Hwa semakin erat.

Hyo-Hwa mendengus, dia memeluk punggung KyuHyun lalu menyandarkan dagunya dibahu pria itu.

Wanita itu tidak tahu bagaimana caranya mengekspresikan seberapa besar rasa sukanya pada KyuHyun. Terlalu malu dan dia merasa lututnya bergetar setiap dia ingin mengatakannya dengan benar.

“Hyo-Hwa~ya,”

Lagi. KyuHyun mengalahkannya dengan suaranya itu. Oh, sialan. Dia tidak akan bisa menolak permintaan pria itu kalau dia memanggilnya begitu. Hyo-Hwa menarik nafas dalam, membuang rasa gugupnya jauh-jauh.

“Aku mencintaimu,” bisiknya halus hampir tidak terdengar.

KyuHyun tersenyum senang, semakin mengeratkan pelukannya. “Apa? Aku tidak mendengarnya?” godanya bersemangat.

Hyo-Hwa merengut, dia membenamkan wajahnya dibahu KyuHyun malu. “Aku mencintaimu. Aku mencintaimu, bodoh!!” teriaknya akhirnya.

KyuHyun tertawa ringan, “Iya, bodoh. Aku juga mencintaimu.” Jawab KyuHyun senang.

Mereka sama-sama tertawa kemudian, merasa senang dengan pernyataan perasaan kedua mereka yang cukup aneh tapi juga manis.

 

 

END.

Halo semuanya, apa kabar? semoga baik2 saja y.
trimakasih kalau masih ada yg mau membaca dan menunggu ff saya.
apa pendapat kalian tentang onsehot kedua ini? saya pribadi merasa ini terlalu romantis. hehehe
tp gpp y, biar lebih manis gtu *tambahin gula lg
kekeke…
trimakasih jg buat nae dongsaeng deva yg udh capek2 ngedit covernya. hehehe.. Love U~
semoga part ini bisa menyembuhkan rasa rindu kalian sama ff cmiyc y. semoga, semoga *ngarep
hehehe… sampai jumpa lg lain kali.

Anyeoong~ ^.^